Showing posts with label refleksi. Show all posts
Showing posts with label refleksi. Show all posts

Monday, 30 June 2014

Reflection on surah Al Waqiah:75-79 by Nouman Ali Khan

Tafsir mengenai ayat yang paling saya sukai, dari salah satu surah favorit saya, subhanallah..





Tuesday, 17 June 2014

More Syukur, Less Drama

Lihat dulu ke dalam. Ke dalam mana? Ke dalam diri sendiri. Ke dalam hati. Kadang-kadang kita merasa hidup kita berat dan menganggap bahwa masalah hanya menimpa diri kita. Tapi ada juga orang yang kelihatannya senantiasa bahagia, tersenyum, tertawa, meskipun mungkin hidupnya sangat sederhana. Meskipun mungkin kita tahu bahwa dia juga punya masalah yang mestinya memberatkan hatinya dan menghilangkan senyum dari bibirnya. Tapi kenapa ia masih saja bisa tertawa?

Mungkin jawabannya ada pada tingkat kesyukuran. Tiap orang barangkali berbeda dalam memahami syukur dan dalam melaksanakannya. Namun pada hakikatnya, syukur seharusnya membawa kebahagiaan bagi para pelakunya. Bila kita sudah merasa bersyukur, tapi masih sungguh berat menjalani hari yang banyak terisi masalah, mungkin cara bersyukur kita perlu dikoreksi. Syukur yang benar akan membawa kelapangan dada, ia akan membuat kita melihat segala masalah sebagai peluang untuk menjadi dewasa. Ia selalu bisa membuat kita melihat the sunny side dari segala peristiwa. Bila tak punya uang, kita jadi berhemat. Jika nilai kita buruk, kita belajar lagi untuk meningkatkan pemahaman. Selalu ada hikmah dari setiap kejadian, pertanyaannya: bisakah kita melihat dan merasakan hikmah tersebut?


Wednesday, 16 April 2014

Cinta yang Tersasar pt. 2

Segera istighfar sebelum semua kekal,
segera sudahi sebelum tertinggal sesal,
karena nafsu itu membutakan akal.
-Felix Siauw
Mari luruskan lagi niat dan bersihkan hati. Tak perlulah mengharap hal macam-macam, karena sungguh, pengharapan hanyalah pada Allah saja, karena Ialah yang tau apa yang terbaik buat kita, dan kepada-Nya jualah kita akan kembali. Tak usahlah mendoa jodoh seseorang yang spesifik. Apa yang kita pikir baik buat kita, belum tentu pula baik, dan apa yang kita sangka buruk untuk kita, belum tentu juga buruk, sungguh Allahlah yang Mahatahu, mohonkan pada-Nya agar mendapat yang terbaik sesuai pilihan-Nya.

Mari tuntun kembali cinta yang tersasar ke jalan cinta ilahi.

Tuesday, 15 April 2014

Cinta yang Tersasar

Telah lama cinta terbiar, dari cinta yang suci,
Telah lama cinta tersasar, dari cinta hakiki.
-Raihan, Cinta Hakiki

Ah, begitu rumitnya bila membicarakan cinta. Ada orang yang dengan begitu mudahnya jatuh cinta pada seseorang, namun ada pula orang yang sulit untuk mencintai. Ada yang membatasi definisi cinta sebagai cinta dengan lawan jenis, namun ada juga yang lingkup cintanya luas, menyelimuti seluruh alam semesta. Satu hal yang sering menimpa kita umat manusia adalah kita seringkali salah dalam memutuskan apa yang ingin kita cintai.

Memang cinta tidak bisa dipaksakan, terkadang ia muncul tanpa diundang, dan akan sangat sulit untuk memaksanya menghilang. Yang bisa kita lakukan untuk membersihkan hati dari cinta yang salah adalah dengan mendekatkan diri kepada Allah dan berusaha mencintai Allah. Cinta itu memang tidak bisa dipaksakan, tapi ia bisa diusahakan. Meminjam kata-kata Salim A. Fillah, cinta adalah kata kerja. Kadang memang diperlukan usaha untuk bisa mencintai sesuatu. Perlu usaha yang keras untuk bisa bangun malam dan bermunajat pada Allah. Butuh usaha luar biasa untuk merelakan harta kita dikeluarkan untuk zakat dan infaq. Perlu usaha yang tidak ringan dalam menahan lapar dan haus saat berpuasa. Pun usaha keras juga harus diberikan dalam menghindarkan diri dari hal-hal yang dibenci Allah, seperti berbagai kegiatan maksiat yang hakikatnya hanyalah pemuas nafsu belaka. Usaha juga diperlukan dalam membatasi diri agar tidak berlebihan dalam hal-hal  yang mubah.

Setelah usaha kita lakukan, pasrahkan semuanya pada Allah sahaja. Ialah yang menggenggam hati kita, dan sungguh, Allah telah memisahkan antara kita dan hati kita. Mohonlah pada-Nya agar dikaruniakan cinta kepada-Nya, setelah usaha-usaha mencintai itu kita lakukan. Mohon pada-Nya agar cinta-cinta kita yang telah tersasar kembali menemukan jalannya menuju surga.

Sedikit kutipan kesukaan saya tentang cinta kepada ummat yang diambil dari perkatan Ust. Rahmat Abdullah, Allahuyarham.
“Dakwah adalah cinta dan cinta akan meminta segalanya darimu. Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk dan tidurmu. Bahkan lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yang kau cintai. Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan. Dakwah bukannya tidak menyakitkan. Bahkan juga para pejuang risalah bukannya sepi dari godaan kefuturan. Justru karena semua inilah akhirnya menjadi adaptasi bagi iman yang luhur. Teruslah bergerak hingga kefuturan itu lelah mengikutimu. Teruslah berlari hingga kebosanan itu bosan mengejarmu. Teruslah berjalan hingga keletihan itu letih bersamamu. Teruslah bertahan hingga kefuturan itu futur menyertaimu. Tetaplah berjaga hingga kelesuan itu lesu menemanimu.”

Yogyakarta, Indonesia
15 April 2014, 22:22
H-1 responsi parasitologi blok 2.5

Sunday, 24 November 2013

A Success Within a Failure

Sebenarnya banyak yang ingin saya tuliskan di sini. Tapi pengalaman mengajarkan, kalau menulis terlalu banyak, ujung-ujungnya gak selesai, masuk draft, dan gak tersentuh lagi, akhirnya gak ter-publish dan cuma jadi bangkai tulisan yang menuh-menuhin draft. Kayak bayi yang keguguran. Udah makrosomia, keguguran pula. Sedih amat.

Saya cuma mau cerita tentang CBT terakhir ini. CBT terakhir saya kemarin adalah CBT terjelek saya sepanjang saya kuliah di sini. Saya sungguh berharap supaya tidak ada lagi nilai CBT yang seperti itu. Cukup sekali ini saja. Tapi yang ingin saya tekankan kali ini bukan tentang nilai saya yang jelek, tapi cerita tentang bagaimana saya menghadapi dan mempersiapkan CBT kemarin.

CBT saya dilaksanakan Jumat, 22 November 2013 pukul 9.00 - 11.00. Sebelum hari itu tiba, dari hari Senin sebenarnya kami sudah tidak ada jadwal kuliah lagi. Seharusnya banyak waktu untuk belajar kan? Seharusnya. Idealnya begitu. Ditambah lagi dua hari sebelumnya adalah Sabtu dan Minggu, jadi tambah banyak waktu belajarnya.

Tapi teman-teman, ternyata tidak sesimpel itu. Somehow, banyak sekali amanah yang harus dikerjakan minggu itu. Ditambah RnR di hari Selasanya. Ditambah ngedit soal yang sampe sekarang pun belum selesai. Singkat kata, belajar saya keteteran.

Sebenarnya kalau mau jujur, waktu-waktu itu seharusnya cukup untuk melakukan semuanya dengan baik. Tapi seperti biasa, saya dihancurkan oleh manajemen waktu saya yang kacau balau. Bila kau gagal merencanakan, berarti kau sedang merencanakan kegagalan. Hal itulah yang tepat saya alami kemarin. Saya benar-benar menyadari sepenuhnya bahwa saya sudah gagal mengatur waktu saya, saya gagal mengefisienkan sedikit waktu yang saya miliki untung segudang amanah tersebut. Dan bahkan, saat waktu ujian tiba, belum semua lecture saya review lagi. Jadilah saya CBT bermodal nekat. Alhasil, nilainya terjun payung.

Tapi saya tidak bermaksud menyalahkan segala kegiatan nonakademik saya. Tentu rasanya ingin menemukan kambing hitam yang bisa disalahkan, tapi kalau saya jujur terhadap diri saya, menyalahkan amanah adalah hal yang tidak adil. Sekarang saya cuma ingin menyampaikan, saya tidak shock mendapat nilai segitu. Saya merasa pantas. Seseorang akan mendapatkan apa yang diusahakannya. Kalau usahanya kecil, mustahil dapat hasil yang besar. Menanam biji cabai tidak akan menumbuhkan pohon durian (?)

Kadang-kadang, saya masih memperlakukan Tuhan dengan seenaknya. Di saat-saat genting menjelang ujian, ibadah saya meningkat sekali. Saking hopeless-nya, dan udah gak ada lagi yang bisa nolong kecuali Allah. Pun di saat kita sudah meminta dan memohon pertolongan, tapi Allah belum kasih, itu bukan berarti Allah tidak menyayangi kita. Justru sekarang saya merasakan kasih sayang Allah yang begitu besar dengan tidak memberikan saya nilai yang baik. Saya merasa Allah ingin mengajarkan saya bahwa saya salah, tidak seperti ini seharusnya seorang pejuang ilmu, bukan seperti ini seharusnya saya mengatur waktu saya, dan kalau saja saya disukseskan pada ujian kemarin, tidak kecil kemungkinannya saya akan meremehkan ujian-ujian berikutnya, dan tidak melakukan perbaikan terhadap manajemen waktu saya. Lalu masa depan saya akan semakin wibbly-wobbly-timey-wimey gara-gara manajemen waktu yang payah.

Selain itu, saya merasakan di saat-saat genting kemarin, di saat saya sedang melakukan pendekatan intensif kepada Allah, di situ saya merasakan kebahagiaan yang akhirnya mengisi kekosongan dalam hidup saya. Saya menemukan kebahagiaan dalam ketaatan. Saya sudah mempersiapkan diri saya untuk kegagalan ini. Jadi ada satu kesuksesan dari kegagalan saya kemarin: saya sukses menyiapkan diri saya menghadapi kegagalan. Dari kedekatan saya yang intens dengan Allah kemarin, Allah menganugerahkan saya ketenangan dalam menghadapi kegagalan ini. Tumben banget lho gue gak shock atau down ngeliat nilai segitu. Pokoknya saya bertekad supaya hal seperti ini tidak terjadi lagi. Saya tidak boleh menyia-nyiakan amanah yang Allah berikan kepada saya untuk menuntut ilmu, juga amanah orang tua saya, nenek saya, dan yang terpenting, amanah ummat untuk menjadi seorang dokter yang baik.