Wednesday 30 April 2014

Surat Untuk Siapa?

Jadi belakangan ini aku memulai sebuah proyek, apa itu? Menulis surat. Kedengarannya biasa ya. Tapi untuk siapa? Hayo ada yang bisa tebak gak? Untuk suamiku. Oke, ini mulai terdengar aneh.

Jadi tujuan menulis surat ini adalah bercerita tentang pengalaman menarik sehari-hari yang nantinya akan 'worth' untuk diceritakan ke suami kalo udah punya. Kalo lagi bosen gak ada bahan obrolan, buka aja suratnya. Dan di tiap surat aku tulis kolom 'Read: ... ' untuk tau tanggal dibacanya kapan, dan tentu saja ada tanggal penulisan suratnya. Hahaha, semoga saja ini ide yang bagus. Sejauh ini udah 4 surat yang kutulis. Seru banget lho, entah kenapa, ada sensasi tersendiri saat menulis surat untuk seseorang yang bahkan kita belum tau siapa. Mungkin ini aneh, tapi seru. Mungkin anda-anda ada yang ingin mencoba juga? Bisa kita lihat hasilnya kira-kira 4-5 tahun ke depan (atau lebih cepat :p). Hahaha.

PS. Jadi penasaran, siapa ya yang bakal baca surat-suratku itu? Hus, gak usah pikirin itu dulu, bikin laporan biokim aja dulu sana.

Wednesday 16 April 2014

Cinta yang Tersasar pt. 2

Segera istighfar sebelum semua kekal,
segera sudahi sebelum tertinggal sesal,
karena nafsu itu membutakan akal.
-Felix Siauw
Mari luruskan lagi niat dan bersihkan hati. Tak perlulah mengharap hal macam-macam, karena sungguh, pengharapan hanyalah pada Allah saja, karena Ialah yang tau apa yang terbaik buat kita, dan kepada-Nya jualah kita akan kembali. Tak usahlah mendoa jodoh seseorang yang spesifik. Apa yang kita pikir baik buat kita, belum tentu pula baik, dan apa yang kita sangka buruk untuk kita, belum tentu juga buruk, sungguh Allahlah yang Mahatahu, mohonkan pada-Nya agar mendapat yang terbaik sesuai pilihan-Nya.

Mari tuntun kembali cinta yang tersasar ke jalan cinta ilahi.

Tuesday 15 April 2014

Cinta yang Tersasar

Telah lama cinta terbiar, dari cinta yang suci,
Telah lama cinta tersasar, dari cinta hakiki.
-Raihan, Cinta Hakiki

Ah, begitu rumitnya bila membicarakan cinta. Ada orang yang dengan begitu mudahnya jatuh cinta pada seseorang, namun ada pula orang yang sulit untuk mencintai. Ada yang membatasi definisi cinta sebagai cinta dengan lawan jenis, namun ada juga yang lingkup cintanya luas, menyelimuti seluruh alam semesta. Satu hal yang sering menimpa kita umat manusia adalah kita seringkali salah dalam memutuskan apa yang ingin kita cintai.

Memang cinta tidak bisa dipaksakan, terkadang ia muncul tanpa diundang, dan akan sangat sulit untuk memaksanya menghilang. Yang bisa kita lakukan untuk membersihkan hati dari cinta yang salah adalah dengan mendekatkan diri kepada Allah dan berusaha mencintai Allah. Cinta itu memang tidak bisa dipaksakan, tapi ia bisa diusahakan. Meminjam kata-kata Salim A. Fillah, cinta adalah kata kerja. Kadang memang diperlukan usaha untuk bisa mencintai sesuatu. Perlu usaha yang keras untuk bisa bangun malam dan bermunajat pada Allah. Butuh usaha luar biasa untuk merelakan harta kita dikeluarkan untuk zakat dan infaq. Perlu usaha yang tidak ringan dalam menahan lapar dan haus saat berpuasa. Pun usaha keras juga harus diberikan dalam menghindarkan diri dari hal-hal yang dibenci Allah, seperti berbagai kegiatan maksiat yang hakikatnya hanyalah pemuas nafsu belaka. Usaha juga diperlukan dalam membatasi diri agar tidak berlebihan dalam hal-hal  yang mubah.

Setelah usaha kita lakukan, pasrahkan semuanya pada Allah sahaja. Ialah yang menggenggam hati kita, dan sungguh, Allah telah memisahkan antara kita dan hati kita. Mohonlah pada-Nya agar dikaruniakan cinta kepada-Nya, setelah usaha-usaha mencintai itu kita lakukan. Mohon pada-Nya agar cinta-cinta kita yang telah tersasar kembali menemukan jalannya menuju surga.

Sedikit kutipan kesukaan saya tentang cinta kepada ummat yang diambil dari perkatan Ust. Rahmat Abdullah, Allahuyarham.
“Dakwah adalah cinta dan cinta akan meminta segalanya darimu. Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk dan tidurmu. Bahkan lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yang kau cintai. Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan. Dakwah bukannya tidak menyakitkan. Bahkan juga para pejuang risalah bukannya sepi dari godaan kefuturan. Justru karena semua inilah akhirnya menjadi adaptasi bagi iman yang luhur. Teruslah bergerak hingga kefuturan itu lelah mengikutimu. Teruslah berlari hingga kebosanan itu bosan mengejarmu. Teruslah berjalan hingga keletihan itu letih bersamamu. Teruslah bertahan hingga kefuturan itu futur menyertaimu. Tetaplah berjaga hingga kelesuan itu lesu menemanimu.”

Yogyakarta, Indonesia
15 April 2014, 22:22
H-1 responsi parasitologi blok 2.5

Sunday 6 April 2014

Iman

Al-imaanu yaziid wa yanqus.
Iman itu senantiasa bertambah dan berkurang. Ia bertambah dengan laku ketaatan, dan berkurang dengan buat kemaksiatan. Dan bila kita mau jujur terhadap diri kita, perbuatan ketaatan atau kemaksiatan keduanya sepenuhnya pilihan kita. Kita tak bisa menyalahkan takdir setelah berbuat maksiat. Memang ada masanya iman kita melemah, tapi apa yang lantas harus kita lakukan untuk membuatnya naik lagi? Tetap berada pada sunnah Nabi, dengan begitu kita akan selamat.

Wallahua'lam