"No, friends protect people."
Dr. Watson and Sherlock Holmes, from Sherlock BBC TV Show
Ada hal yang lucu dari hari ini. Jadwal gue hari ini cuma lecture 1 jam, sudah itu kosong. Dari asrama, gue berangkat kuliah seperti biasa, dengan menggowes sepeda (kali ini dengan kecepatan lumayan tinggi karena sudah hampir telat). Gue langsung parkir di tempat langgananku, depan gedung Radiopoetro (RP), dan berjalan cepat ke gedung RK (Ruang Kuliah dan Auditorium). Sesampainya di RK, gue tidak melihat satu orang pun mahasiswa tahun pertama. Dalam hati gue berpikir, "ya ampun, setelat itu apa gue? Udah sepi gini, berani masuk gak ya?". Gue periksa jam di HP ku, 10:05. Baru telat 5 menit, tumben-tumbenan semuanya tepat waktu. Sejenak gue panik karena terlambat, dan gak tau lecturenya di lantai berapa (gedung RK ada 5 lantai). Jadi gue putuskan untuk setidaknya absen dulu. Karena gue sudah di lantai 2, gue langsung ke mesin fingerprint. Gue tempel jari di sensornya, tidak ada reaksi. Mesinnya mati. Gue turun lagi ke lantai 1 dan mencoba absen di mesin fingerprint auditorium. Mesinnya mati juga. Mati, pikirku.
Semuanya terasa mencurigakan, mesin fingerprint mati, dan gak ada temanku sama sekali. Di tengah kebingungan itu, gue mengirim SMS ke semua teman tutorial, menanyakan lecture di lantai berapa. Yang pertama kali balas adalah Rendi.
"Eh ternyata jam 9-10, bukan jam 10-11.. Gw juga baru tau and gue emang gak jadi berangkat."
"Whaaaaaat? Kata siapa? Demi apa loooooooo?"
Nyessss. Antara BT dan lega, tapi akhirnya gue ketawa. Dalam mengekspresikan perasaan yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata, biasanya gue ketawa. Seperti waktu nonton Woman in Black kemarin. Hahahaha.. BT karena gue udah buru-buru, belum beresin setrikaan, ngos-ngosan jalan ke RK, ternyata lecture udah selesai. Lega karena gue gak harus mempermalukan diri gue dengan berjalan di tengah-tengah ruangan lecture yang sedang berlangsung (gara-gara yang punya pintu belakang auditorium doang, ruang kuliah lain gak ada pintu belakangnya). Terus gue iseng-iseng naik lagi. cuma untuk memastikan kalo gue emang bener-bener ketinggalan. Di tangga lantai 4 menuju lantai 5, gue ketemu Aldo, dan gue tanya,
"Do, emang lecturenya udah selesai?"
"Iya udah."
Hmm, yasudahlah. Seenggaknya gue udah berniat untuk dateng (semoga dicatet pahala, amiiiin). Jam menunjukkan pukul 10:11, dan gue males banget kalo langsung balik ke asrama, jadi gue ke Ibsin aja, soalnya karena tadi buru-buru, gue gak sempet solat Dhuha. Saat berjalan menuju Ibsin, gue ketemu Reyhan dan Amgah, yang walau pun adalah mahasiswa tahun pertama, gak segrup sama gue. Duh, anak-anak grup CDE mana siiiih? Di sana gue merasa kesepian banget. Gue merasa terasing karena gak ada teman-teman sepermainan gue. Hari ini gue dateng ke kampus, dan gak ketemu temen-temen gue. Rasanya, sumpah gak enak banget. Rasanya kesepian banget (duh, gue udah bilang ya?)
Gue jadi inget, dulu gue pernah ngobrol sama temen gue lewat Whatsapp, dia dari Bekasi, dan gue nanya kenapa dia gak daftar FKUI aja yang lebih deket ke rumahnya dari pada UGM. Terus dia bilang, dia phobia sepi. Entah itu dibuat-buat, atau emang ada (mungkin emang ada, tapi gue gak yakin dia bener-bener mengidap itu). Karena FKUI terasing dari fakultas-fakultas lainnya di UI. Saat itu gue berpikir itu alasan yang gak masuk akal. Tapi so what lah, itu jawaban dia.
Sampai beberapa hari yang lalu. Entah kenapa, belakangan ini gue lebih sering merasa kesepian dari biasanya. Dan itu gak enak banget. Apa lagi kalo di asrama sendiri, pas Ira lagi gak ada di kamar. Auranya itu lho, gak banget. Gue sering berpikir untuk main ke rumah Yufi, yang lumayan deket, di Jakal. Tapi gue pikir lagi, ntar gue ngapain di sana? Malah ngerepotin. Akhirnya gak jadi. Gue jadi suka ngirim SMS gak jelas ke orang-orang. All that for the sake of getting rid of my loneliness. Tapi orang-orang emang jarang bales SMS ya, makinlah gue merasa sepi. Gue jadi makin ngerasa berharganya temen yang berharga. Bukan sembarang orang, tapi temen yang berharga, the ones relationship's we would cherish. Gue jadi merasa kayak yang dibilang temen gue, jangan-jangan gue juga jadi phobia sepi.
Memang biasanya ada waktunya gue menginginkan kesendirian, cuma ditemani sama buku dan teh hangat atau kopi (atau smoothie, atau jus, atau pizza, atau scones, tiramisu and other refreshments). Tapi most of the time, I do prefer company. Kemarin gue beli 2 almost identical mug di Mirota. Harganya lumayan, satunya Rp14.800,00, beli 2 hampir 30rb, tapi yang gue pikirkan gue bukan beli gelas, but I was buying a company. Someone to sit and have tea with. Someone to talk to, to share stories and great books. Haha, gue rasa gue sepakat sama perkataan dr. Watson di cuplikan dialog di atas. Friends protect people. From danger, loneliness, anything. You won't realize the price of them untill you lost one.
So, fancy a cuppa? :)